Minggu, 20 November 2011

KARUNIA BERBAHASA ROH

PENDAHULUAN Bahasa Roh merupakan suatu hal yang sangat diperdebatkan atau dibicarakan di jemaat-jemaat atau gereja-gereja saat ini, dimana ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyetujui mengenai bahasa Roh yang digunakan saat ini, dipihak lain juga mengatakan bahwa bahasa Roh yang dipakai saat ini yang telah tersebar di gereja-gereja itu sesuatu yang benar. Dalam hal ini memang sudah lama diperdebatkan hal ini namun sampai saat ini belum menemukan titi terang dari masalah itu, sehingga ada banyak diantara orang kristen mengalami perpecahan. Berbahasa lidah sudah lama dikenal banyak orang di dunia khusunya gereja-gereja tertentu. Hal itu merupakan sesuatu yang sangat disukai dalam gereja. Pertanyaan apakah bahasa yang dikenal atau digunakan saat ini adalah benar-benar karunia dari Allah? Dalam makalah ini penulis membahas mengenai apa itu bahasa Roh, fungsi bahasa Roh dan karunia berbahasa Roh, serta prinsip-prinsip orang yang berbahasa Roh. Karena mengingat saat ini ada banyak masalah perdebatan yang terjadi. Dalam hal ini penulis berharap dapat memberikan pemahaman yang baru kepada pembaca mengenai karunia-karunia berbahasa Roh itu sendiri. BAB I LATAR BELAKANG Berdasarkan Kisah Pararasul dan surat Paulus pada jemaat di Korintus Korintus, bahasa lidah atau sering digunakan bahasa Roh hanya berguna bagi orang yang mendengar berita dari Tuhan dalam bahasa mereka sendiri, namun tidak ada artinya bagi orang lain, kecuali kalau dijelaskan atau diterjemahkan. A. Pengertian Bahasa Roh atau bahasa lidah, dalam bahasa Yunani adalah “glôssolalia”, ungkapan ini tidak ada dalam Perjanjian Baru Yunani, merupakan gabungan dari kata glôssa yang berarti lidah, organ tubuh yang digunakan untuk berbicara, dan kata kerja laleô, berbicara, berkata, mengeluarkan suara dari mulut. Istilah “bahasa lidah”, “bahasa roh”, dalam Perjanjian Baru menggunakan kata yang sama yaitu 'glôssa, "lidah" . Dalam Markus 16:17 menulis 'glôssais lalêsousin kainais', "berbicara dengan lidah yang baru, yang artinya bahasa yang baru. Dalam Kisah Para Rasul 2:4 menulis “lalein eterais glôssais”, “berbicara dengan lidah yang lain”. Dalam hal ini terjadi perbedaan karena pemahaman dikalangan orang Kristen. akibatnya muncul perpecahan yaitu ada yang membedakan bahsa roh dengan bahasa lidah. Jadi, sebenarnya dalam Kisah Para Rasul maupun surat rasul Paulus pada jemaat Korintus menggunakan kata dan ungkapan yang sama “glôssa”. Ada dua jenis bahasa lidah, yaitu bahasa lidah yang dimengerti oleh orang lain (Kisah 2:4) dan bahasa lidah yang harus ditafsirkan karena tidak dimengerti oleh orang lain (1 Korintus 14:2). Baik bahasa "lidah" atau karunia "lidah" dengan bahasa "roh" itu sama saja. Karena bahasanya sama dan artinya juga ssama berarti bahasa Roh dan bahasa lidah adalah sama, hanya saja dalam penerjemahan pada Kisah Pararasul dan surat Paulus di jemaat Korintus mengaami perbedaan, namun artinya tetap sama yaitu bahasa lidah. B. Fungsi Bahasa Lidah Ketika seorang Kristen menerima karunia berbahasa lidah maka karunia itu berada dalam kuasanya, dan dia bisa saja menggunakanya dengan motif yang salah (1 Korintus 14:23) atau sebaliknya, menggunakan sesuai dengan kehendak Tuhan. Bahasa lidah tidak dipakai untuk menunjukkan kebolehan seseorang dalam berbahasa asing yang tidak dipelajari sebelumnya. Tetapi Alkitab menyatakan dengan jelas apa tujuan dari bahasa lidah. Tujuan bahasa lidah adalah 1. Untuk mengkomunikasikan Wahyu Allah, pengetahuan, nubuat dan pengajaran Tuhan (1 Korintus 14:6). Salah satu fungsi dari bahasa lidah adalah untuk menyatakan firman Allah kepada pendengar yang mengerti bahasa yang dipakai oleh orang yang memiliki karunia berbahasa lidah. Allah tidak pernah bermaksud memberikan karunia ini kepada orang yang dikehendakiNya untuk dipakai sebagai kesempatan memenuhi kepentingan pribadi atau menyatakan kehendak diri si penerima karunia itu sendiri, tetapi untuk menyampaikan seluruh maksud Allah kepada semua umat manusia (Kisah Rasul 20:27; 1 Petrus 4:11). 2. Untuk membangun kerohanian jemaat (1 Korintus 14:5,12, 26). Maksud Allah memberi karunia bahasa lidah, seperti karunia-karunia lainnya juga adalah untuk membangun kerohanian setiap individu anggota jemaat. Paulus tidak mengizinkan seorang berbicara dalam bahasa lidah di gereja untuk membangun dirinya sendiri. Sebaliknya rasul Paulus mengizinkan penggunaan bahasa lidah bila ada yang dapat menterjemahkannya (1 Korintus 14:28) 3. Sebagai tanda untuk orang-orang yang tidak percaya (1 Korintus 14:22). Karunia bahasa lidah adalah suatu praktek yang ajaib. Kata "tercengang-cengang" dalam ayat 6 menujukkan reaksi dari para pendengar yang telah mendengarkan dan menyaksikan para rasul, orang Galilea berbicara dalam berbagai bahasa yang tidak pernah mereka pelajari sebelumnya (Kisah Rasul 2:8, 9). Paulus mengutip nubuatan kitab Yesaya 28:11 dalam 1 Korintus 14:21, bahwa Dalam hukum Taurat ada tertulis: "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan." Ayat ini menyatakan tentang beberapa orang Yahudi yang mendengar pemberitaan Injil tetapi tidak mau mentaatinya (Roma 3:2,3), sehingga pemberitaan dengan bahasa lidah hanya sebagai suatu tanda ajaib saja bagi mereka. Kata "orang yang tidak percaya" dalam 1 Korintus 14:22 ditujukan kepada semua orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Ini berarti juga bahwa orang-orang non-Yahudi yang mendengar pemberitaan Injil dalam bahasa lidah tetapi tidak mentaatinya, maka hal itu hanya menjadi suatu tanda (ajaib) saja. BAB II KARUNIA BERBAHASA LIDAH Dalam Kisah Para Rasul mencatat Kisah 2:4-11 khususnya ayat 4 “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”. Dalam ayat ini sangat jelas mengatakan bahwa roh kudus yang turun langung di atas oran-orang yang ada disitu dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa yang berebda yaitu bahasa yang disebut bahasa Roh atau bahasa lidah. A. Bahasa Roh Bersumber dari Allah Ketika murid-murid berbicara dalam bahsa Roh banyak orang Yahudi dari luar Palestina tercengang mendengar puji-pujian bagi Allah yang dalam bahasa lidah, (Kisah 2:11). Walaupun umum diterima bahwa Lukas melaporkan murid-murid itu berbicara dengan bahasa-bahasa asing, namun keterangan ini tidak diterima oleh seluruh orang. Sehingga mulai saat itu bahasa lidah dibedakan menjadi dua bagian mereka menggabungkan “bahsa Roh kedalam karunia-karunia yang lain, tidak dianggap sebagai karunia tetapi sebagai tanda” dan diteruskan ketika zaman bapa-bapa Gereja, ada yang menafsirkan ayat 8 itu sebagai mujizat pendengaran, yang dikerjakan dalam diri pendengar-pendengar. Yang dimaksud dengan bahasa lidah disini adalah bahasa lidah yang "benar-benar" merupakan karunia Roh Kudus, bukan bahasa lidah yang dibuat-buat, dipelajari, atau ditiru, karena karunia berbahasa lidah itu benar-benar dari Allah sendiri. B. Prinsip Berbahasa Roh Dalam berbasa lidah atau berbahasa Roh, rasul Paulus dalam suratnya di Korintus memberikan tiga prinsip untuk mencegah kekacauan yang terjadi di jemaat di Korintus mengenai berbahsa lidah (1 Korintus 14: 26-40). yaitu: 1. Berbahasa lidah haruslah tertib, yang artinya berjalan dengan tertib: seorang demi seorang, tidak bersama-sama, bukan seluruh jemaat ber doa dengan bahasa secara serentak. 2. Didalam satu kebaktian, paling banyak hanya dua tau tiga orang yang berbicara dengan bahsa Roh tidak boleh lebih. 3. Kalau seorang berbicara dalam bahasa Roh, harus ada penerjemahnya supaya semua orang mengerti. Jadi dapat disimpulkan ketika ada kekacauan atau tidak sesuai dengan aturan atau prinsip yang rasul Paulus katakana maka harus dihentikan karena pada saat itu kebiasaan orang-orang yang ada di Korintus pada saat itu mereka membawa kebiasaan ibadah mereka sebelum menerima Yesus, sehingga rsaul Paulus menulis hal ini. Karena “bila roh memberikan karunia berbahasa Roh kepada seorang, roh yang sama memberikan karunia untuk menerjemahkannya, supaya semua orang mengerti”. . Secara Alkitabiah tidak menuliskan bahwa bahasa Roh boleh dipelajari dan diajarkan, tetapi kembali lagi kepada defenisi bahwa karunia tidak boleh diajarkan dan tidak boleh dimpelajari, karunia itu benar-benar pemberian Allah secara langsung kepada masing-masing pribadi orang yang dikerjakan oleh Roh Kudus. BAB III KESIMPULAN Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya karunia-karunia itu benar-benar berasal dari Tuhan kepada masing-masing orang yang benar-benar mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Jadi yang disebut karunia itu tidak boleh diajarkan kepada siapapun, baik pendeta atau orang-orang yang rohaniawan. Sekarang ada banyak perdebatan mengenai karunia bebahasa lidah ini, dan tidak bisa dipastikan setiap gereja yang menyukai bahasa ini sesat, tetapi kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Hanya saja seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, semuanya harus berjalan dengan tertib dan aman. Tidak dengan secara serentak semuanya berbahasa lidah, karena pada saat itu ada kebiasaan-kebiasaan orang-orang di Korintus menyembah berhala dan ketika jemaat di Korintus bertobat kebiasaan-kebiasaan itu masih dibawa-bawa. Sehingga rasul Paulus mengingatkan jemaat korintus. DAFTAR PUSTAKA TONG STEPHEN. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia,1995. Sizemore Denfer. Intisari Ajaran Alkitab. Departemen Literature Gereja-gereja Jemaat Kristus di Indonesia. Wagner. C. Peter Manfaat kaRunia Roh untuk Pertumban Gereja. Malang: Gandum Mas, 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar